Hiduplah seperti pohon yang tumbuh subur~

Rabu, Mei 08, 2019

Tahukah Kamu, Tidak Semua Amorphophallus Itu Raksasa?

Lestari..!!

Amorphophallus (bunga bangkai), tumbuhan ini bisa dikatakan sedang "naik daun" di kawasan UNIMED sebab salah satu jenisnya sedang mekar di sekitaran FMIPA. Tapi tahukah kamu bahwa sang puspa ini tidak semuanya langka dan berukuran raksasa?

Secara umum,  Amorphophallus memenuhi ciri-ciri tumbuhan Araceae lainnya yakni bunga tersusun pada bagian Spadix dan dilindungi oleh Spatha. Secara khusus, tumbuhan ini memiliki fase vegatatif dan generatif diwaktu yang berbeda, memiliki bentuk dan ukuran umbi yang bervariasi. Amorphophallus sendiri merupakan tumbuhan khas dataran rendah dan memiliki 170 jenis, 26 diantaranya dimiliki oleh Indonesia dan 15 dari 26 jenis di Indonesia merupakan endemik Sumatera. Beberapa contoh dari jenis Amorphophallus  tersebut antara lain A. titanum, A. gigas, A. decussilvae, A. beccarii, A. paeoniifolius, A. oncophyllus, A. borneensis dan lainnya. Dari sekian banyak jenis bunga tersebut, yang paling terkenal adalah A. titanum dan A. gigas sebab berukuran raksasa. Lalu apa yang menjadi pembeda diantara keduanya?

Amorphophallus titanum
Puspa langka ini memiliki nama lokal Arcang atau Titan Arum yang dikenal luas sebagai bunga bangkai raksasa karena tinggi perbungaannya dapat mencapai 3 meter. selain memiliki perbungaan yang tinggi, Titan Arum memiliki umbi seberat 117kg. Antara fase vegetatif dan generatifnya tidak bersamaan. Fase vegetatif atau fase daun dapat mencapai 1-2 tahun, setelah itu umbi akan dorman yang lamanya tergantung dari besar umbi. semakin besar ukuran umbi, maka masa dorman semakin lama. Bunga mekar sempurna (bunga betina masak) terjadi di malam hari dan mengeluarkan bau. Sedangkan bunga jantannya masak keesokan harinya. Pada proses mekar ini, terjadi peningkatan suhu dibagian tonggolnya sehingga terkadang dapat mengeluarkan asap. Berbeda dengan Amorphophalus gigas, tangkai bunga Amorphophallus titanum lebih pendek yakni sekitar 30-70 cm dan berdiameter 10-15cm dan akan memanjang hingga 1,5m apabila terjadi buah. Saat mekar, bagian atas seludang terbuka dan melebar berbentuk seperti rimpel berwarna coklat keunguan dan akan menutup kembali bila terjadi pembuahan.



Amorphophallus gigas
A.gigas saat fase generatif dapat mencapai kurang  lebih 3,35m dengan batang semu setinggi 2,5m dan panjang tonggol mencapai 76cm berwarna kuning-keunguan. Kepala putik A. gigas  lebih besar, tangkai putik lebih panjang dan ramping, dan benang sari lebih pendek. Walaupun A.titanum dikatakan bunga bangkai raksasa, namun tingginya akan kalah dengan A. gigas karena memiliki tangkai bunga yang panjang namun kuntum bunga yang pendek.


Amorphophallus gigas didokumentasikan oleh Deby Ryan Muthiah (BIOTERS angk 11, Acer saccharum) saat menjalani masa bakti SM3T di daerah Taba Penanjung, Bengkulu Tengah


Dari keterangan singkat kedua jenis Amorphophallus diatas, jelas berbeda jenis dari Amorphophallus  yang tumbuh di UNIMED dimana ukuran bunganya jauh lebih kecil. Bentuk tonggolnya pun lebih pendek dengan warna merah magenta. Selain itu, A. paeoniifolius  bukan bunga bangkai yang langka, bisa dibudidaya dan umbinya telah digunakan sebagai makanan pokok.

Amorphophallus paeoniifolius yang sudah mulai layu di halaman Sekretariat lama BIOTA

Zantedeschia aethiopica
Sumber:
Munawarah,Esti. 2016. KONSERVASI EK-SITU JENIS AMORPHOPHALLUS SPP. DI KEBUN RAYA LIWA, KAB. LAMPUNG BARAT, PROPINSI LAMPUNG. Bogor:Prosiding Seminar Nasional Biologi
Munawarah,Esti. 2016. STUDI SUKU ARACEAE DI KEBUN RAYA LIWA, SEBAGAI TANAMAN HIAS DAUN. Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

Dokumentasi
Deby Ryan Muthiah Batubara (Acer saccharum)
BIOTERS
Google

Read More

Rabu, Mei 01, 2019

Bunga Bangkai di Kampus Hijau UNIMED

Suweg atau bunga bangkai merupakan kelompok tumbuhan Amorphophallus  dari famili Araceae (talas-talasan). Nama Amorphophallus sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno, yakni "Amorphos"  yang berarti cacat, tanpa bentuk dan "Phallos" yang artinya penis. Jenis yang paling terkenal dari Amorphopallus  adalah Titan Arum atau Suweg Raksasa (Amorphophallus titanum) dan Sumatera Giant (Amorphophallus gigas). Sebagian besar spesies bunga bangkai merupakan spesies endemik yang tumbuh di dataran rendah  beriklim tropis maupun subtropis, mulai dari kawasan Afrika hingga Kepulauan Pasifik termasuk Indonesia. Terdapat sekitar 170 spesies bunga bangkai di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, selain 2 yang tuliskan di atas, dikenal juga Amorphophallus decussilvae (bunga bangkai jangkung), Amorphophallus beccari, Amorphophallus campanulatus, amorphophallus paeoniifolius dan  Amorphophallus oncophyllus (iles-iles, porang).

Baru-baru ini, salah satu spesies Amorphophallus mekar di kawasan kampus hijau UNIMED, tepatnya di halaman sekretariat BIOTA lama di samping rumah kaca. Ditanam pada tahun 2011 oleh abangda Yusron E. Ritonga (Taenia saginata) angkatan 06 BIOTA, namun baru di tahun ini berbunga.  Bibitnya sendiri dibawa oleh, kakanda Nani Yusnita Pendidikan Biologi B 2009 dari  Langkat, Sumatera Utara. Mekarnya Amorphophallus paeoniifolius ini memiliki daya tarik tersendiri dikalangan mahasiswa yang lalu lalang dan penasaran. Untuk mencegah tangan-tangan jahil, BIOTERS berinisiatif memberi batas aman para pengunjung dilengkapi dengan spanduk berisikan keterangan singkat tanaman tersebut.

Spanduk deskripsi singkat tentang Amorphophallus paeoniifolius

Seperti Amorphophallus lainya, Amorphophallus paeoniifolius merupakan anggota Araceae berbatang semu, berdaun tunggal yang terpecah-pecah menjadi tiga rachis dengan tangkai daun yang tegak keluar dari umbinya yang berada di dalam tanah. Pada saat muncul daun seperti ini Amorphophallus paeoniifolius dikatakan berada pada fase Aseksual (vegetatif). Sedangkan bunganya berupa bunga majemuk (Inflorescence) yang tersusun di bagian Spadix (bagian yang tegak menjulang) dengan bunga jantan terletak di atas bunga betina dan dilindungi oleh "kelopak" yang disebut Spatha. Struktur generatif inilah yang ketika mekar akan mengeluarkan aroma berbau bangkai guna menarik kumbang dan lalat penyerbuk. Bunga akan terbentuk apabila simpanan energi berupa tepung di umbi sudah mencukupi untuk pembungaan. Setelah masa mekarnya lewat, yakni sekitar 7 hari, bunga akan layu dan mengulangi siklus hidupnya dengan tumbuh tanaman baru di atas umbi bunga yang sudah mati.

Amorphophallus paeoniifolius  yang belum mekar sempurna

Amorphophallus paeoniifolius merupakan bunga bangkai yang dapat dibudidayakan dan umbinya telah digunakan sebagai makanan pokok sebagian besar penduduk Jawa, terutama sampai tahun 1960 ketika produksi beras atau jagung kekurangan. Umbi dapat dikonsumsi setelah dikupas, diiris, dicuci, dan dikukus untuk menghilangkan rasa gatal. Selain bisa dikonsumsi langsung, umbi juga bisa dijadikan tepung untuk bahan pembuatan kue. Daun Amorphophallus paeoniifolius  dapat digunakan sebagai tambahan pakan ikan di Jawa Barat dengan memotong-motong daunnya lalu ditebar ke dalam kolam ikan satu atau dua minggu sekali. Sedangkan daun muda yang masih tertutup oleh selubung daun dapat dimasak sebagai sayuran dengan cara mengupas lapisan kulit petiol lalu ditumis.


Zantedeschia aethiopica


Sumber :
Cahyaningsi Ria dan Hartutiningsih, 2013, UPAYA MEMPEROLEH BIBIT SUWEG {Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.)Nicolson} MELALUI STEK UMBI DAN STEK RACHIS YANG DIMANIPULASI DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH, Bogor : Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI

https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58845/4/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
Dokumentasi :
BIOTERS


Read More

Sabtu, September 08, 2018

Nanti

Nanti, jika suatu hari nanti

Jika nanti kita bertemu kembali, apa yang ingin kau katakan padaku??

Jika nanti waktu mengizinkan kita untuk saling menyapa, kata apa yg ingin kau dengar dariku??

Jika nanti takdir memberi kesempatan untuk kita saling berbagi cerita lagi, kisah apa yang akan kau sampaikan padaku??

Masih mungkinkah senyum yang dulu tetap menjadi milik kita?

Masih adakah sorot mata yang saling memuja kan tetap disana?

Masih adakah  serpihan rindu yang kan kita bagi??

                                           ..atau..

Semuanya t'lah berbeda dan Kita hanya akan saling diam, tenggelam dalam keheningan??

              Jika....

                                 Nanti.....

                                                      Kita....

                                 Bertemu...

              Kembali....

Siapa yang kan menjadi Siapa dalam perjamuan Benang Merah Takdir Kita..?

Tentang Hujan

Ini tentang hujan..

Tentang bulir bulir air yg jatuh dari kolong langit malam.

Tentang gemericik dan deru yg menjadi simphony alam

Tentang isyarat yg tak sempat diucapkan oleh awan

Ini dongeng tentang hujan..

Yg  bercerita tentang senyumnya padaku ditengah kelabu awan

Yg bercerita tentang tawanya bagaikan nyanyian kerinduan

Yg bercerita tentang kasihnya yang menuntunku ditemaram jalan

Ini kisah dibalik tirai hujan..

kisah tentang cerita indah berselimut kepedihan

Tentang hati yg menghianati arti kesetiaan

Tentang janji janji yg terburai bersama angan

Ini masih tentang hujan..

Tentang ribuan bulir air yg jatuh menghapus aku, dia dan sejuta kenangan


Manusia dipersimpangan

Ada saat dimana kaki merasa letih,

namun diri tak ingin berhenti berjalan.

                                  Bergegas,,,,  ntah mengejar apa.

Ada saat dimana ketika diri ingin terlelap,

namun mata tak kunjung terpejam.

                                     Menatap,,,,   ntah apa.

Walau kaki yang berjalan sudah tertatih,,,

Walau jiwa telah letih,,,

namun perjalanan tak kunjung menepi.

Melewati seratus bahkan seribu persimpangan tanpa memilih.

                               Bingung,,,  ntah karena apa.

                               Ingin marah,,,,ntah kepada siapa.

                              Putus asa,,,,  namun tak kuasa.

Saat itu, yang diketahui hanyalah diri yang harus terus dan terus berjalan.

Berjalan hingga tiba disuatu titik dimana kebuntuan menyapa.

Dan diri hanya bisa 

termenung,,, ntah menunggu apa.

        Berharap ,,,,  ntah apa.

Read More

Selasa, Januari 02, 2018

Kersik Luai, Sang Puspa Borneo

Kersik Luai (nama lokal), atau yang lebih dikenal dengan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) merupakan salah satu jenis anggrek yang tersebar di beberapa hutan Kalimantan. Tumbuhan yang memiliki keunikan dan keindahan tersendiri ini dijadikan maskot flora provinsi Kalimantan Timur. Meskipun habitat Anggrek Hitam identik dengan hutan Borneo, ternyata penyebarannya juga bisa ditemukan di hutan-hutan Sumatera dan Papua bahkan Pulau Samar, Filipina.

Anggrek simpodial ini banyak dicari untuk dibudidayakan karena bunganya yang indah dan berukuran besar. Kelopak dan mahkota bunga lanset-lancip berwarna hijau cerah, bibir (labellum) berbentuk biola bergelambir 3 berwarna hitam dengan kombinasi garis-garis berwarna hijau dan berbulu. Keunikan warna labellumnya inilah yang menjadi dasar Kersik Luai dinamai dengan Anggrek Hitam. Berbeda dengan jenis-jenis Anggrek lainnya, bunga yang mekar sekitar 5-6 hari pada bulan April-Juli ini juga mengeluarkan harum semerbak. Tidak heran dengan segala keindahan dan keunikan yang dimiliki flora tersebut berpotensi menjadi tanaman hias yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

                                       Hasil gambar untuk anggrek hitam kalimantan (coelogyne pandurata)

Seperti halnya Anggrek pada umunya, Kersik Luai atau Anggrek hitam hidup sebagai tumbuhan epifit. Hidup berumpun yang tiap rumpunnya akan membentuk rhizoma dan saling terhubung satu dengan yang lain. Reproduksi vegetatif alami dengan bertunas dimana tunas baru yang tumbuh tersebut pada bagian batangnya akan menggelembung atau yang sering disebut dengan umbi semu (Pseudobulbs). Batang yang menggelembung berbentuk bundar panjang, pipih berukuran 10-15cm tersebut berperan dalam penyimpanan air dan cadangan makanan.


Gambar terkait

Sayangnya, saat ini kondisi Kersik Luai itu sendiri berada pada status langka dan termasuk kedalam salah satu tumbuhan yang dilindungi keberadaannya. Hal ini terjadi selain karena pengambilannya dari alam untuk dikomersilkan, juga dikarenakan habitat tumbuhnya yang rusak akibat penebangan dan konversi lahan serta periode berbungannya yang sangat pendek dan bunga relatif sulit untuk disilangkan.
Upaya pelestarian tanaman ini dilakukan baik secara in situ maupun ex situ. Salah satu upaya pelestarian in situ dengan menetapkan Padang Luway yang secara administrasi terletak di 3 kecamatan yaitu Kec. Sekolag Darat, Kec. Melak, dan Kec. Damai, Kab. Kutai barat, Kalimantan Timur sebagai Kawasan Cagar Alam melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 792/kpts/Um/10/1982 tanggal 29 Oktober 1982 tentang pengukuhan perluasan Cagar Alam Padang Luway dari 1000 Ha menjadi 5000 Ha. Kawasan itu memiliki kombinasi unik Hutan Kerangan, Hutan Tropis dan hutan Rawa Bergambut yang dikelola oleh  BKSDA Kalimantan Timur. Selain itu, perbanyakan Kersik Luai melalui kultur in vitro  pun sudah marak dilakukan. Hal ini dilakukan karena selain jumlah anakan yang dihasilkan dengan teknik perbanyakan konvensional seperti stek batang atau penggunaan umbi relatif sedikit, juga untuk memecahkan masalah sulitnya memperbanyak tanaman dengan tenik konvensional karena keterbatasan tanaman induk yang jumlahnya kian menurun di alam.

Gambar terkait

Kersik Luai (Coelogyne pandurata)

Zantedeschia aethiopica


Sumber: 
http://beritaanggrek.blogspot.co.id/2013/04/anggrek-hitam.html

http://awsassets.wwf.or.id/downloads/anggrek_hitam.pdf

Lestari dan Deswiniyanti. Perbanyakan Anggrek Hitam (Coeloegyne pandurata) Dengan Media Organik Dan Vacint Wen Secara In Vitro. 2015. Virgin, Jilid 1, Nomor 1, Januari 2015, hlm. 30-39

Restiani, dkk. Konservasi Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) Melalui Mikropropagasi Pada Berbagai Medium Kultur. 2016. Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016

Adi dkk. Aklimatisasi Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) Hasil Perbanyakan In Vitro Pada Media Berbeda. 2014. JURNAL SIMBIOSIS II (2): 203- 214 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana


Photo: Google




Read More

Rabu, Oktober 12, 2016

Bunga Berbau Bangkai yang Bukan Bunga Bangkai

Beberapa waktu yang lalu seorang Bioters yang sedang menjalankan masa baktinya di daerah 3T memposting sebuah foto yang ia abadikan di daerah pelosok Bengkulu. Salah satu bunga raksasa yang tidak memiliki daun dan mengeluarkan aroma bangkai. Yap.. apa lagi kalau bukan si Rafflesia sang Padma Raksasa. 

Rafflesia arnoldii atau padma raksasa merupakan tumbuhan parasit yang tumbuh pada batang liana. Tumbuhan ini pertama kali ditemukan pada tahun 1818 di hutan tropis Sumatera dan diberi nama sesuai dengan penemunya yakni Dr. Joseph Arnold dalam sebuah ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas S. Raffles serta menjadi salah satu dari puspa langka dari tiga bunga nasional Indonesia.
Rafflesia arnoldii memiliki bunga yang melebar dimana bagian tersebut menjadi satu-satunya bagian tumbuhan yang terlihat dari Rafflesia karena tidak tampaknya akar, daun dan batang. Tumbuhan yang memiliki bunga dengan 5 mahkota berwarna orange sampai kemerah-merahan bercorak putih ini sulit ditemukan seolah-olah tersembunyi di dalam tubuh inangnya berbulan-bulan hingga akhirnya tumbuh bunga yang hanya mekar sekitar 5-7 hari.  Saat bunga mekar, diameternya mencapai 70-110 cm dengan tinggi mencapai 50cm dan berat hingga 11kg.

Rafflesia arnoldii yang sedang mekar di Taba Penanjung, Bengkulu Tengah

Kuncup-kuncup bunga menyerupai kubis dengan sisik berwarna cokelat muncul  di sepanjang sela-sela batang dengan masa pertumbuhan bunga mencapai 9 bulan dan mekar selama kurang lebih seminggu kemudian layu dan mati. Rafflesia arnoldii memiliki organ reproduksi yang terletak di bagian tengah dasar bunga yang berbentuk gentong. Proses penyerbukan pada bunga Rafflesia dibantu oleh serangga yang menyukai aroma menyengat. Jika penyerbukan berhasil dan terbentuk buah, penyebaran  bibit tersebut dilakukan melalui perantara hewan mamalia seperti tupai, babi rusa dan beberapa lainnya .

Kuncup bunga Rafflesia arnoldii yang diperkirakan akan mekar seminggu lagi.
Taba Penanjung, Bengkulu Tengah

Morfologi secara keseluruhan tumbuhan ini berupa thallus yang tumbuh di dalam inangnya (endoparasit). Tumbuhan ini tidak memiliki butit-butir klorofil namum memiliki akar hisap yang berfungsi untuk menghisap nutrisi dari inangnya. Jenis tumbuhan yang menjadi inang  Rafflesia adalah Liana jenis Tetrastigma. Sehingga keberadaan liana tersebut secara langsung mempengaruhi keberadaan dan kelangsungan hidup Rafflesia.

DK_Zantedeschia aethiopica
Photo by Deby Ryan Muthiah (Acer saccharum)

Sumber : http://www.wwf.or.id/program/spesies/rafflesia_arnoldii/
Media Konservasi Vol. 13, No. 3 Desember 2008 : 1 – 8
Buletin Kebun Raya Vol. 15 No. 1, Januari 2012








Read More

About me

BIOTA SUMUT

About