Hiduplah seperti pohon yang tumbuh subur~

Jumat, Juni 07, 2013

Solanum mammosum (Terong Susu)

Solanum mammosum (Terong Susu)
Solanum mammosum atau biasa disebut terong susu, Nipplefruit, Titty Fruit, Cow’s Udder termasuk kedalam suku Solanaceae bersama Genus Solanum lainnya seperti Solanum tuberosum (Kentang), Solanum lycopersicum (Tomat), dan Solanum melongena (Terong).

Bentuk tumbuhan ini memang agak aneh, mempunyai tonjolan-tonjolan yang menyerupai payudara wanita. Mammosum sendiri berasal dari kata Mammae yang berarti payudara.

Habitus dari tumbuhan ini adalah perdu dengan tinggi mencapai 1,5 meter. Batangnya tegak, bulat, berkayu, berbulu, dan berwarna hijau pucat. Dari segi daun, Solanum mammosum memiliki daun tunggal, lonjong, duduk daun tersebar, ujung dan pangkal runcing, tepi berlekuk, pertulangan daun menyirip, dengan panjang daun antara 20-23 cm danlebar 8- 12 cm. Pada umumnya berwarna hijau dengan duri tempel yang tersebar.

Bunga dari Solanum mammosum merupakan bunga majemuk, berbentuk bintang, memiliki kelopak (Calyx) yang berbulu, benang sari pendek berwarna kuning, putiknya berwarna hijau.

Buah dari Terong Susu merupakan buah buni (bacca), yaitu buah yang dindingnya memeliki dua lapisan. Lapisan luar yang tipis agak menjangat atau kaku dan lapis dalam yang tebal, lunak, dan berarir. Biji-bijinya terdapat bebas dalam bagian yang lunak itu.

Biji Solanum mammosum berkhasiat sebagai obat cacing, kanker payudara, kencing manis, serta darah tinggi. Untuk obat cacing dipakai kurang lebih 2 gram serbuk biji Solanum mammosum, keringkan, sangrai lalu ditumbuk halus, kemudian diseduh dengan 1/2 gelas air matang panas, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum sekaligus pada waktu akan tidur.
Biji, daun dan kulit buah Solanum mammosum mengandung saponin, flavonoida dan polifenol, di samping itu bijinya mengandung alkaloida.

Buah ini memang belum begitu populer dikalangan masyarakat, tapi melihat potensinya sebagai obat alternatif untuk berbagai penyakit, bukan tidak mungkin di masa mendatang “Buah aneh” ini akan mendapat perhatian untuk diolah dan dikembangkan lebih lanjut.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliposida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum mammosum

Kerabat dekat : Solanum tuberosum (Kentang) , Solanum lycopersicum (Tomat), Solanum melongena (Terong) , Solanum torvum (Terong Pipit/Takokak)
Read More

NoPoPo, Baterai tenaga Urin

NoPoPo - No Polution Power
NoPoPo, baterai urin asal Jepang, Pada bulan Februari 2011 uji coba baterai yang menggunakan urin telah dilakukan di Jepang. Teknologi ini memungkinkan karena urin mengandung banyak ion.

Sekarang teknologi ini sudah siap pakai dan sudah siap dijual di Jepang. Nama merk yang dipakai adalah NoPoPo. Saat ini NoPoPo tersedia dalam ukuran AA dan AAA dengan kapasitas listrik mencapai 500 milliamp/hours (mAh), serta dapat diisi ulang 3-5 kali. Jika tidak dipakai, baterai urin inidapat mempertahankan kapasitasnya 5-10 tahun. Sangat berguna untuk diletakkan di berbagai peralatan darurat di tempat terpencil. Baterai ini tidak mengandung bahan berbahaya, jadi bisa dibuang dimana saja.
Read More

Kamis, Juni 06, 2013

Apendiks CITES


Spesies-spesies hewan dan tumbuhan yang berada dalam pengawasan CITES dikelompokkan dalam tiga kelompok yang dinamakan Apendiks I, Apendiks II, dan Apendiks III. Penetapan daftar spesies perkelompok (Apendiks) ditentukan berdasarkan konvensi dalam konferensi Para Pihak (COP).

Tiga apendiks dalam CITES yaitu:


1. Apendiks I adalah daftar seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. Apendiks I sedikitnya berisi 800 spesies hewan dan tumbuhan.

2. Apendiks II adalah daftar spesies yang tidak terancam kepunahan, tapi mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan. Dalam apendiks II berisi sekitar 32.500 spesies.

3. Apendiks III adalah daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi di negara tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan suatu saat peringkatnya bisa dinaikkan ke dalam Apendiks II atau Apendiks I.

Spesies hewan dan tumbuhan Indonesia yang masuk dalam daftar Apendiks CITES cukup banyak. Total keselurahan binatang Indonesia dalam daftar Apendiks CITES mencapai 1.548 spesies hewan dan 907 spesies tumbuhan dengan perincian sebagai berikut:

- Apendiks I sebanyak 84 spesies hewan 27 spesies tumbuhan.
- Apendiks II sebanyak 1.365 spesies hewan dan 880 spesies tumbuhan.
- Apendiks III sebanyak 9 spesies hewan.

Hewan Indonesia yang termasuk dalam daftar Apendiks I di antaranya adalah macan tutul, gajah sumatera, harimau sumatera, badak jawa, badak sumatera, kakatua kecil jambul kuning, maleo, dan orangutan sumatera. Sedangkan yang termasuk dalam daftar Apendiks II diantaranya adalah trenggiling, dan mentilin (Tarsius bancanus).

Cacatua sulphurea
Apendiks I

Macrocephalon maleo
Apendiks I

Tarsius bancanusApendiks II
Read More

CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora)


CITES atau Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (konvensi perdagangan internasional untuk spesies-spesies flora dan satwa liar) adalah suatu pakta perjanjian internasional yang berlaku sejak tahun 1975.

Fokus utama CITES adalah memberikan perlindungan pada spesies tumbuhan dan satwa liar terhadap perdagangan internasional yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yang mungkin akan membahayakan kelestarian tumbuhan dan satwa liar tersebut.

CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) berkantor pusat di Jenewa, Swiss. Keanggotaan CITES bersifat sukarela. Negara-negara anggota CITES disebut para pihak (parties) setelah melakukan ratifikasi, menerima, atau menyetujui konvensi. Saat ini sebanyak 175 negara di seluruh dunia telah menjadi para pihak (parties) CITES.

Sejak 1978 Indonesia telah menjadi parties CITES dan meratifikasi konvensi tersebut dengan Keputusan Pemerintah No. 43 Tahun 1978. Yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999 diwakili oleh Kementerian Kehutanan sebagai otoritas pengelola CITES di Indonesia dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai otoritas keilmuan CITES.



sumber :
cites.org
alamendah.org
Read More

Kakapo (Strigops habroptila)

Kakapo (Strigops habroptila)

Bagi kita yang di Indonesia, mungkin banyak yang tidak kenal spesies ini, Kakapo yang memiliki nama latin Strigops habroptila merupakan satwa endemik yang hanya ditemui di Selandia Baru. Namanya berasal dari bahasa Maori yang artinya "Kakaktua Malam". Hewan ini masuk dalam daftar Critically Endangered oleh IUCN, memiliki tubuh besar, dan walaupun masuk dalam spesies burung, burung ini tidak dapat terbang. Hewan ini juga hanya satu-satunya golongan kakaktua yang tidak dapat terbang. Warna bulu spesies ini hijau dengan bintik-bintik coklat atau kekuningan yang digunakan untuk kamuflase.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Psittaciformes
Family : Strigopidae
Genus : Strigops 
Spesies : Strigops habroptila


Read More

About me

BIOTA SUMUT

About