Awan gelap mengabarkan tentang air langit yang akan tumpah. Angin
menyibukkan daun-daun yang berhimpit. Mengusir burung-burung berkaki kecil,
berterbangan.
Langkahnya melambat..
Berhenti..
Memisah dari derap kaki-kaki yang lain..
Tetes pertama jatuh pada daun pinus, serupa salam pembuka untuk segala
penghuni hutan. Sementara tetes yang lain menyusul, pula jatuh pada daun-daun
pemilik batang lurus menjulang. Semakin cepat, semakin deras.
Tetes yang pecah pada muka dedaunan kini jatuh perlahan membauri tanah.
Tanah bersambut. Formasi serupa pori-pori membuka. Akar ber-horray.
Kini, desis suara hujan menguasai hutan.
Kepalanya menengadah ke atas..
Berhenti pada akhir pandangan..
Pada lebat hijau dedaunan yang berada diantara tiang-tiang batang yang
lurus menjulang..
Pada hijau yang mengabur..
Tersamar akibat bening-bening air yang tak putus..
Menikmati tiap-tiap tetes air yang jatuh pada wajah..
Terpejam, membiarkan air pecah di atas kelopak mata,
lalu mengalir ke sudut-sudut mata..
Menghargai tiap tarikan nafas..
Merekam desis hujan yang damai..
Menyambut angin-angin yang berhembus pelan, dalam dingin pelukan..
Ia…
Tenggelam bersama sunyi yang tenang..
Menikmati ketentraman bersama alam..
Melesapkan rasa damai ke dalam jiwa,
B a h a g i a
Awan menggelap
Langit masih menuangkan isinya
Ekor kadal terseok-seok diantara tumbuhan-tumbuhan kecil yang hampir
mencium tanah
Jamur-jamur berdiri gagah, padahal esok dia telah pergi mati.
Petang itu....
Tak ada senja yang menemani.
Cahaya merah yang anggun
tenggelam diantara lapis-lapis tebal awan hitam.
Gerimis hadir sebentar, namun
dengan cepat tergantikan oleh tetes hujan yg lebih deras.
Sungguh aku tlah menikmati
petang itu meskipun tanpa senja yang menemani.Walau rasa dingin menusuk tulang,
walau sekujur tubuh basah karena hujan.
Pantulan cahaya dari lampu
kenderaan menari-nari di atas genangan air. Seolah ingin menyemarakkan diri dlm
panggung petang itu.
Manusia mengkisut menuju
ruang-ruang lindungnya. Berdiri menatap hujan. Menunggu. Terdiam.
Kusematkan sepintal rasa
syukur pada tiap tetes hujan yg menyusup di tanah. Kuhayati bongkahan awan
hitam yg mewarnai langit Tuhan. Kubebaskan pandanganku mengusai langit nan
luas. Lalu mencoba fokus. Kutemukan secercah cahaya merah diantara celah-celah
awan hitam.
Kutatap dia. Senja. Aku
tersenyum.
Tiada terkira indahnya lukisan
langit. Dan disinilah kedamaian itu kutemui.
Hingga tak pernah kuduga,
bahwa ini adalah Sebuah Akhir dari Alurku Sendiri....
*30 Mei 2011*