Hiduplah seperti pohon yang tumbuh subur~

Sabtu, November 14, 2015

PUISI 2




Awan gelap mengabarkan tentang air langit yang akan tumpah. Angin menyibukkan daun-daun yang berhimpit. Mengusir burung-burung berkaki kecil, berterbangan.

Langkahnya melambat..
Berhenti..
Memisah dari derap kaki-kaki yang lain..

Tetes pertama jatuh pada daun pinus, serupa salam pembuka untuk segala penghuni hutan. Sementara tetes yang lain menyusul, pula jatuh pada daun-daun pemilik batang lurus menjulang. Semakin cepat, semakin deras.

Tetes yang pecah pada muka dedaunan kini jatuh perlahan membauri tanah. Tanah bersambut. Formasi serupa pori-pori membuka. Akar ber-horray.

Kini, desis suara hujan menguasai hutan.

Kepalanya menengadah ke atas..
Berhenti pada akhir pandangan..
Pada lebat hijau dedaunan yang berada diantara tiang-tiang batang yang lurus menjulang..
Pada hijau yang mengabur..
Tersamar akibat bening-bening air yang tak putus..

Menikmati tiap-tiap tetes air yang jatuh pada wajah..
Terpejam, membiarkan air pecah di atas kelopak mata,
 lalu mengalir ke sudut-sudut mata..
Menghargai tiap tarikan nafas..
Merekam desis hujan yang damai..
Menyambut angin-angin yang berhembus pelan, dalam dingin pelukan..

Ia…
Tenggelam bersama sunyi yang tenang..
Menikmati ketentraman bersama alam..
Melesapkan rasa damai ke dalam jiwa,
B a h a g i a

Awan  menggelap
Langit masih menuangkan isinya
Ekor kadal terseok-seok diantara tumbuhan-tumbuhan kecil yang hampir mencium tanah
Jamur-jamur berdiri gagah, padahal esok dia telah pergi mati.



Petang itu....
Tak ada senja yang menemani.
Cahaya merah yang anggun tenggelam diantara lapis-lapis tebal awan hitam.
Gerimis hadir sebentar, namun dengan cepat tergantikan oleh tetes hujan yg lebih deras.
Sungguh aku tlah menikmati petang itu meskipun tanpa senja yang menemani.Walau rasa dingin menusuk tulang, walau sekujur tubuh basah karena hujan.
Pantulan cahaya dari lampu kenderaan menari-nari di atas genangan air. Seolah ingin menyemarakkan diri dlm panggung petang itu.
Manusia mengkisut menuju ruang-ruang lindungnya. Berdiri menatap hujan. Menunggu. Terdiam.
Kusematkan sepintal rasa syukur pada tiap tetes hujan yg menyusup di tanah. Kuhayati bongkahan awan hitam yg mewarnai langit Tuhan. Kubebaskan pandanganku mengusai langit nan luas. Lalu mencoba fokus. Kutemukan secercah cahaya merah diantara celah-celah awan hitam.
Kutatap dia. Senja. Aku tersenyum.
Tiada terkira indahnya lukisan langit. Dan disinilah kedamaian itu kutemui.
Hingga tak pernah kuduga, bahwa ini adalah Sebuah Akhir dari Alurku Sendiri....
*30 Mei 2011*
Bottom of Form

0 comments:

Posting Komentar

Lestari ,
Diharapkan Kepada Para pengunjung Untuk dapat berkomentar demi kemajuan Blog Ini, silahkan tinggalkan nama anda serta url, dan mohon untuk tidak anonim.
Terima Kasih ...

About me

BIOTA SUMUT

About